Menumbuhkan Minat Baca Anak dengan Buku Berkualitas dan Gratis

Berbagai pengalaman saya dan suami di masa lalu membuat kami sepakat untuk menghadirkan buku sejak anak kami lahir. Kesepakatannya terjadi sebelum anak lahir, kehidupan masih serba stabil. Kenyataannya, anak sulung lahir di rantau, saat sedang melanjutkan sekolah. Ngenes, tapi tetap keras kepala. Ada book fair, langsung berburu. Hasilnya, tidak semua buku yang dibeli membuat anak tertarik. Dompet berteriak, tapi dianggap risiko punya anak, harus memberikan bacaan yang terbaik. Lagipula, memangnya ada, buku berkualitas dan gratis untuk anak?

KUALITAS CERITA ANAK

Kilas balik masa kecil, orang tua terkadang mendongeng sebelum kami tidur. Akses tentang cerita anak yang terbatas di masa lalu membuat dongeng yang diceritakan juga terbatas, diulang-ulang, dengan tema yang agak horror, dan pesan tersirat juga monoton. Contoh cerita yang paling hits adalah tentang “anak yang tidak menuruti kata orang tua, sehingga orang tua ngambek dan masuk ke dalam batu”. Tanpa sadar kami menjadikan itu sebagai dasar bahwa apa pun yang terjadi, harus patuh pada orang tua, kalau tidak mau ditinggalkan mereka (padahal mestinya tidak begitu, hiks ☹). Ada pembaca yang pernah mendengar cerita serupa? Berarti kita seumur, hehehe.

Cerita-cerita dongeng tersebut yang sepertinya turun menurun, hanya bisa kami dengar real time. Imajinasi pun liar di kepala kami masing-masing. Bayangan tentang setiap adegan di kepala kakak saya bisa jauh berbeda dengan saya, tergantung pengalaman sebelumnya. Akibatnya, mungkin ada yang memiliki rasa takut yang berlebihan.

Saat saya belum masuk sekolah, saya sudah terpapar dengan koran langganan kantor ayah. Saya sudah bisa membaca koran sejak taman kanak-kanak (TK) nol kecil. Tidak lama kemudian, ayah mulai berlangganan majalah anak, tapi model tampilannya tidak jauh beda dengan koran, banyak tulisan dengan sedikit gambar. Saya memang makin lancar membaca, namun di usia dini itu saya miskin imajinasi. Tampaknya, majalah itu tidak sesuai dengan usia saya 😊. Ternyata, bacaan ataupun buku anak berkualitas saja tidak cukup, tetap harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.

KENDALA AKSES BUKU ANAK BERKUALITAS

Kami pindah ke kota lain (juga kota kecil) saat usia saya masuk TK nol besar. Langganan majalah stop, saya kembali membaca koran. Saya tidak mengerti, mengapa tidak bisa berlangganan lagi. Mungkin ada komponen biaya, atau akses terhadap agen yang tidak tersedia. Ketika kami akhirnya pindah ke Palembang, ada kesempatan kami mampir ke toko buku besar (sekarang sudah tutup). Kami melihat paket buku cerita bergambar yang ukurannya besar, membuat mata kami berbinar. Selanjutnya, paket buku tersebut pindah ke rumah kami, menjadi koleksi termahal dan satu-satunya 😊.

Meskipun buku di rumah terbatas, kami tidak terlalu lama berkecil hati. Setelah masuk sekolah dasar, saya berkenalan dengan perpustakaan, jatuh hati, dan selalu semangat membaca atau meminjam buku di sana. Belakangan saya tahu, tidak semua sekolah memiliki perpustakaan dengan kualitas yang sama. Bahkan tidak semua anak bisa mengakses perpustakaan karena mereka tidak sekolah. Lalu bagaimana anak-anak dengan kondisi tersebut bisa terbiasa membaca?

LET’S READ: PENYEDIA BUKU ANAK BERKUALITAS DAN GRATIS

Segala kendala di atas ternyata dapat diatasi oleh aplikasi Let’s Read, sebuah perpustakaan digital buku anak usia PAUD dan SD kelas rendah yang sudah berjalan sejak tahun 2017. Kami sendiri sudah mengenalkan Let’s Read kepada anak-anak sejak tahun lalu, saat kami harus kehilangan jadwal rutin ke toko buku akibat pandemi Covid-19. Awalnya saya hanya iseng unduh karena tanpa sengaja membaca tentang pengenalan aplikasi ini pada salah satu artikel blog teman. Tapi sekarang saya sudah mengenal lebih jauh tentang aplikasi Let’s Read setelah mengikuti “Let’s Read Blogger Online Gathering” dari Let’s Read Indonesia dan Blogger Perempuan beberapa waktu yang lalu.

Buku anak berkualitas dan gratis
Acara dipandu oleh Ibu Desy Yusnita dari Blogger Perempuan

Kenalan sedikit, yuk! Let’s Read adalah salah satu program penerbitan buku dari The Asia Foundation, sebuah yayasan internasional yang sudah berkiprah di Indonesia sejak tahun 1995. Books for Asia (BFA) adalah program pertama dari The Asia Foundation, berupa penyaluran buku yang juga menjangkau ke pelosok Indonesia. Namun, saat itu terdapat kendala bahasa, karena buku yang disalurkan menggunakan bahasa Inggris. Adapun buku cerita anak di aplikasi Let’s Read telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk juga bahasa daerah.

Paparan oleh Ibu Elsa Agustin yang memperkenalkan Let’s Read

Kualitas Buku Cerita Anak di Let’s Read

Berbicara tentang buku anak kualitas, tidak perlu repot dan ragu lagi, karena buku cerita di dalam aplikasi Let’s Read terjamin kualitasnya. Kenapa saya bisa menyimpulkan demikian? Karena sumber koleksi Let’s Read tidak sembarangan, berasal dari Book Lab, Lokakarya Penerjemah, juga donasi dari berbagai institusi yang kredibel.

Tidak hanya dari sisi cerita, ilustrasi juga memegang peranan penting bagi cerita anak. Oleh karena itu, lokakarya ditujukan pada penulis dan ilustrator. Book Lab adalah kegiatan utama untuk menghasilkan buku anak berkualitas di Let’s Read, merupakan rangkaian pengembangan cerita bergambar yang terdiri atas 3 lokakarya:

  1. Penyuntingan teks dan visual
  2. Penulisan
  3. Ilustrasi

Proses seleksi peserta dimulai dari calon penulis dan ilustrator mengajukan diri untuk mengikuti kegiatan ini. Sebanyak 10 penulis dan 10 ilustrator akan dipilih oleh komite penilaian melalui penjurian atas portofolio yang diajukan. Mereka selanjutnya mendapatkan pengarahan dari tiga pakar buku anak. Terdapat fasilitator (penyunting teks dan visual) untuk setiap 2 pasang penulis-ilustrator. Book Lab memberikan kesempatan berdiskusi dan bertukar referensi bagi para penulis dan ilustrator, sehingga kemampuan peserta makin berkembang. Sudah terbayang kan, hasil bukunya akan semakin berkualitas?

Akses Perpustakaan Digital Gratis dari Let’s Read

Saat ini, Let’s Read dapat diakses pada website di dan dalam bentuk aplikasi pada ponsel/ tablet berbasis Android. Tidak ada biaya berlangganan, cukup biaya kuota saja, dan anak sudah bisa menikmati berbagai genre cerita anak dalam berbagai bahasa!

Tampilan buku berkualitas dan gratis di website let's read
Tampilan Let’s Read di website letsreadasia.org

Selain menu pilihan bahasa (saat artikel ini ditulis, terdapat 53 pilihan bahasa), pada tampilan website juga terdapat pilihan buku berdasarkan level (My First Book, Level 1-5). Cerita juga bisa dicari berdasarkan kategorinya: Superhero, Critical Thinking, Science, Adventure, Animals, Arts and Music, Problem Solving, Non-fiction, Nature, Mighty Girls, Health, Funny, Folktales, Community, Family & Friendship.

Sedangkan untuk aplikasi Let’s Read di ponsel, tersedia dalam 16 bahasa, terdapat menu pilihan besar dan gaya teks. Tinggal unduh di Play Store seperti video di bawah ini ya:

Pemanfaatan Konten Gratis Aplikasi Let’s Read

Sebagai Bahan Bacaan Berkualitas yang Praktis

Saat kami staycation atau liburan, ada alternatif buku cerita online yang sangat praktis dibawa. Dulu, paling tidak ada dua buku yang sudah disiapkan masing-masing anak saya di atas koper. Memang sebaiknya pengalaman membaca buku adalah terbaik adalah dalam bentuk cetak. Tapi, sekali-kali dalam kondisi darurat hemat barang bawaan, koleksi cerita Let’s Read bisa diandalkan sebagai pengantar tidur.

Isi Buku Jadi Konten Read Aloud Gratis

Berkat acara blogger gathering di atas, saya juga berkenalan lebih jauh dengan kegiatan read aloud. Salah satu narasumbernya adalah Ibu Roosie Setiawan, pendiri komunitas Reading Bugs, Komunitas Read Aloud Indonesia. Ibu Roosie mempraktikkan read aloud kepada kami menggunakan salah satu koleksi Let’s Read.

Read aloud dengan buku let's read
Menyimak read aloud bersama ibu Roosie Setiawan

Sistem read aloud saya perhatikan agak berbeda dengan mendongeng. Anak harus tahu bahwa itu adalah kegiatan membaca. Proses membaca dapat diselipkan dengan komentar dan pertanyaan dari anak maupun pembaca. Boleh memakai nada dan intonasi, juga sesekali memakai gerakan tangan. Membaca sesuai dengan kata yang tertulis di buku (bukan memakai kata-kata sendiri). Unsur yang terlibat ada tiga: Orang yang membacakan, anak yang dibacakan, dan buku. Timbul kedekatan antara yang membaca dan dibacakan, menambah kosakata, anak mendapat contoh cara membaca yang baik dan benar. Pada akhirnya, melalui kegiatan ini diharapkan anak merasa bahwa membaca itu menyenangkan. Nah, kegiatan read aloud dengan Let’s Read boleh direkam dan dijadikan konten, lho! Tapi, pastikan memberikan atribusi untuk karya yang dibacakan, ya!

Donasi buku dalam berbagai format

Nah, ini adalah kelebihan favorit saya dari Let’s Read: Materinya bisa didonasikan! Ada sekolah atau taman bacaan yang butuh koleksi buku anak berkualitas? Silahkan unduh buku di Let’s Read dan cetak, lalu segera donasikan. Ingin membantu anak di pelosok untuk mendapatkan buku, tapi terkendala biaya pengiriman buku yang besar bila dalam jumlah banyak? Unduh, simpan dalam USB, kirimkan, dan buku dapat di-print di kota terdekat dari lokasi. Wah, senangnya bila bisa berbagi buku anak berkualitas dan gratis ini ke anak-anak yang membutuhkan!

Ayo, tunggu apa lagi? Kalau ini jadi info yang baru bagi pembaca, silahkan dicoba, ya! Akses buku anak berkualitas semakin mudah, didapatkan secara gratis pula :). Atau, teman-teman malah sudah lebih dulu mencoba? Yuk, berbagi pengalaman kamu menumbuhkan minat baca anak dengan Let’s Read di kolom komentar 😊 !

Digiprove sealCopyright secured by Digiprove © 2021

21 thoughts on “Menumbuhkan Minat Baca Anak dengan Buku Berkualitas dan Gratis”

  1. Bener juga, zaman dulu ya Papaku yg cerita sebelum tidur. Jujur ceritanya ya itu-itu aja…haha…
    Tapi berkesan banget, dan keinget sampai sekarang. Berarti Read Aloud itu memang penting ya u anak-anak karena menimbulkan kesan mendalam.
    Cuma dulu Papaku ngarang-ngarang, sekarang ada aplikasinya…Banyak pilihan dongeng pula…

    Reply
  2. Read alaoud memang bener banget bisa membekas di anak sampai besar. Kalau dulu dongeng yg kita denger ya cuma itu-itu aja, sekarang banyak ya, mbak. Apalagi dg aplikasi ini, banyak pilihan dongeng buat anak. Thanks sharingnya, mbak.

    Reply
  3. Senangnya mba Amel sering didongengin orang tua ya . .. aku enggak hehehe. Pas kecil aku justru baca sendiri segala macam bahan bacaan. Kadang koran, kadang komik dapet pinjem ke tetangga. Seingetku sih karena kondisi ekonomi keluarga yang belum mapan jadinya akses ke bahan bacaan anak juga sangat kurang. Tapi aku bersyukur banget ortuku ngajarin aku baca tulis sejak dini. Jadi umur 5 tahunan aku udah lancar baca koran. Sampe sekarang aku jadi penulis ..

    Jaman now ada banyak kemudahan utk mengakses beragam bacaan baik online maupun cetak. Seperti aplikasi Let’s Read ini. Bantu banget buat ngajak anak seneng membaca sejak dini.

    Reply
  4. Saya dulu sering dibelikan kaset cerita oleh orang tua, jadi sebelum tidur itu diputar. Awalnya karena Ibu bekerja dan punya banyak kegiatan, selain itu saya juga sudah mandiri, jadi lebih banyak menghabiskan waktu sendirian dengan buku bacaan.

    Untuk Let’s Read ini, bahkan saya yang belum punya momongan download aplikasinya juga. Senang melihat gambarnya dan ceritanya juga bagus. Bahkan ada pilihan bahasa asing. Suka deh kalau semakin banyak anak yang terkespose dengan buku sejak dini.

    Reply
  5. Keponakanku zaman sekarang kalau pegang hape yg diliat tiktok, padahal baru 3 taun. Astagahh ahahahha
    Sesekali perlu dirayu buat baca sambil ngenalin gambar gambar di let’s read seru juga
    Dulu waktu aku kecil seringnya malah baca buku sendiri, jadi udah terbiasa dan sekarang Deket sama buku buku karena dari kecil udah banyak disuguhi majalah majalah

    Reply
  6. Lets read memang pemyedia buku berkualitas dan gratis ya mbak. Lebih hemat mengajarkan anak membaca pakai lets read. Ilustrasi grambarnya bagus bagus

    Reply
  7. Saya juga dari kecil sukaaaa banget membaca. Dari sebelum masuk tk sudah diajarkan membaca dirumah. Pas masuk SD sudah langganan Majalah Bobo, sampai tetangga heran, koq masih kecil udah bisa baca. Pas jadi emak-emak sekarang, juga Alhamdulillah mengajarkan membaca sejak dini ke anak-anak ku..

    Reply
  8. Dulu bpknyg suka dongeng tp kebnyakan ttg sejarah & kepahlawanan. Yp krn saya suka baca, ibu membelikan buku dongeng karya HC. Anderson. Alhamdulillah…saat punya anak, bisa menyediakan buku2 bacaan & majalah anak seperti bobo, Pustaka Bee dll. Sekarang sarana untuk membaca cukup banyak buat anak2, perpus juga bertebaran dimana-mana ya.

    Reply

Leave a Comment

Share via
Copy link
Powered by Social Snap