Hai ibu-ibu yang saat ini jadi pejuang kerja di rumah! Sudahkah Anda periksa tekanan darah hari ini? Kerja dari rumah, bunyinya menyenangkan. Kenyataannya bagaimana, Bu? Hehehe. Saya nggak mau denial, bagi saya ini berat. Saya memang pernah membahas hal yang agak senada dengan ini sebelumnya di artikel saya nggak ngantor, malah makin sibuk. Tapi kali ini ada bedanya. Signifikan. Karena di rumah ibu masih kerja.



Untuk mengatasi stress, saya akan identifikasi dulu apa masalah yang membuat kerja dari rumah ini terasa berat. Setelah saya renungkan, setidaknya ada 5 kesulitan yang saya alami setelah hampir dua minggu kerja dari rumah.
Daftar isi
Tidak fokus mengerjakan tugas kantor
Mungkin bagi sebagian orang, bawa tugas kantor ke rumah itu malah menyenangkan. Mengerjakannya bisa sambal rebahan, nggak perlu mandi, lebih santai. Tapi bagi saya yang punya tiga krucil, tidak ada santai-santainya. Satu nangis, dua melapor, tiga teriak, sudah seperti irama tiap hari. Irama yang mungkin intensitas dengarnya berkurang kalau saya pergi ke kantor seperti sebelumnya. Terus terang, saya sulit untuk fokus.
Anak sekolah bareng ibu kerja dari rumah
Anak yang satu sekolah lewat WhatsApp (WA) dari jam 8-12. Anak yang satu lagi pakai Zoom dari jam 9-10. Tugas sekolah Si Sulung sifatnya serial dan dibatasi waktu. Kedua anak tetap harus dibimbing. Yang sekolah pakai zoom malah harus pakai video bersuara dari ponsel saya. Bayangkan bila saya ada kuliah pagi juga, alangkah riweuh-nya.
Saya harus membuat Si Bungsu tidur supaya tidak mengganggu sesi Zoom Ayuk atau suaranya jadi background tugas video Kakak. Saya harus memastikan Kakak memahami soalnya supaya dia bisa menjawab tanpa uring-uringan. Sementara saya harus memantau supaya tutorial mahasiswa bisa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Siangnya saya harus mengumpulkan tugas hapalan kakak dalam bentuk video.
Suami jaga di rumah sakit
Kalau ada yang nanya mana bapaknya? Tenang, beliau selalu siaga; kalau tidak lagi jaga. Kalau jadwalnya jaga di rumah sakit, makin saya ribet. Saya tidak punya partner aktif untuk mengatasi semua ini. Atau partner pasif, dengan meminjamkan ponselnya untuk Zoom, atau sekedar duduk supaya anak-anak merasa lebih tenang. Belum lagi saya harus pastikan Beliau makan dengan cukup dan tidur lebih banyak saat pulang jaga agar kondisinya tetap fit. Tiap dia jaga rasanya saya deg-degan.
Kerja dari rumah buat lapar terus
Stok cemilan yang biasanya habis sebulan kini seminggu sudah mulai tipis. Sedikit-sedikit lapar, anak-anak bongkar persediaan. Stress juga membuat ibunya kelaparan. Piring kotor tidak berhenti mengantri untuk dicuci. Siap-siap overweight keluar dari karantina. Dan saat memikirkannya, jadi makin stress.
No ‘me time’ saat kerja dari rumah
Kalau kerja di kantor, pulangnya bisa mampir sebentar untuk me time. Entah makan siang bareng teman, entah ke salon, bahkan sebenarnya nulis artikel blog di kantor sore-sore bagi saya sudah jadi me time. Sekarang saat kerja dari rumah terasa sulit, karena nulis satu artikel saja nggak selesai-selesai. Kadang-kadang ide menguap begitu saja karena kelamaan tidak dieksekusi.
Baca juga: blogger full time atau part time
Oke, setelah saya bisa menganalisis masalahnya, saya mulai cari jalan keluar supaya bisa kerja dari rumah dengan nyaman. Langkah ini saya terapkan untuk mengatasi masalah di atas:
1. Mencari waktu dan tempat yang pas
Untuk mengerjakan tugas kantor, saya harus menunggu Si Bungsu tidur. Saya juga kerjakan di kamar lain yang ditutup, bila perlu saya kerjakan di luar rumah, dengan jangka waktu yang ditentukan. Saya buat target jangka pendek agar tidak terasa berat. Supaya harus kerjakan dengan fokus tanpa gangguan, supaya tugas kantor bisa diselesaikan sesuai target.
2. Mengambil komando waktu
Karena Kakak sudah bisa baca jam, dia akan tahu jam berapa harus mulai dan selesai. Saya akan pastikan satu sesi tugas Kakak hanya setengah jam. Saya akan beri tahu batas waktunya sehingga jam 9-10 saya bisa fokus pada Ayuk untuk kemudian diteruskan lagi ke pelajaran Kakak. Sambil kerjakan sambil intip-intip WA kuliah.
3. Menjaga stamina
Saya maupun suami harus terus menjaga stamina, makan teratur dan banyak minum. Sebelum mengerjakan sesuatu kesibukan yang mungkin bisa membuat lupa waktu, harus makan dulu. Tidak ada yang boleh tumbang. Mengurangi medsos dan meluangkan waktu untuk tidur lebih banyak juga cukup membantu.
4. Berdamai dengan makanan
Selagi saya mampu, saya masak sendiri dengan stok yang ada di rumah. Kalau saya kecapekan untuk masak-masak, saya beli saja. Bismillah, semoga aman. Cemilan untuk sementara ini saya cari yang instan. Kalau bisa pilih yang sehat, misalnya cemilan gandum yang tidak terlalu tinggi gula. Pesan makanan juga bisa melalui daring. Sebisa mungkin tetap aktif bergerak agar timbangan nggak geser ke kanan.
Baca juga: pekerjaan ibu, antara dapur, sumur, dan kasur
5. Bersyukur
Saya bersyukur masih bersama keluarga lengkap, walau saya tidak bisa ‘me time’. Saya bersyukur masih bisa kerja dari rumah, walau lebih sibuk. Saya bersyukur masih punya simpanan untuk membeli makanan. Saya bersyukur masih diberikan kesehatan hingga saat ini. Bersyukur membuat saya lebih tenang. Bersyukur membuat saya lebih positif.
Setelah mendapatkan solusinya saya merasa jauh lebih tenang. Setelah saya berusaha, sisanya saya tawakal kepada Yang Maha Kuasa. Saya serahkan semua yang akan terjadi kepada Allah. Saya siap menjalani ini untuk seminggu ke depan setelah ada pengumuman libur diperpanjang. Bagaimana dengan teman-teman?



Intinya berdamai dengan keadaan dan bersyukur, semua ada hikmahnya
yup berdamai dan bersyukur, semoga cepat berlalu wabah ini.
saya juga kerja di rumah mbak. dan semuanya memang benar. wkwkwkwk…. yang paling topcer adalah keberadaan camilan. heran sendiri ya kok bisa sering lapar. kalau kerja di luar kok jarang makan. hehe
emang penghilang stres ya camilan itu
Saya masih kerja mba Amel karena saya garda depan neh. Sehat selalu ya mba Amel salam jauh dari Jetman
Mbak neni kerja dimana mbak? semangat ya mbak. semoga berkah pahala.
Semoga suami Mba sehat-sehat ya.. ya Allah kebayang banget kalo suami kita harus jaga di rumah sakit. DN belajar di rumah ditambah bekerja dari rumah adalah pilihan yang super riwehh. Semoga pandemi segera berakhir ya Mba, Aamiin
aamiin mbak, terima kasih doanya, semoga sehat semua.
Punya anak kecil memang harus membuat kita harus lebih maksimal atur waktu. Untuk bisa bekerja dari rumah. Semoga aja wabah ini cepat berlalu
Memang agak repot ya kerja di rumah, apalagi yang profesinya guru kayak saya. Pakai aplikasi zoom misalnya, guru harus tetap tampil bagus, minimal pakai hijablah. Tapi apapun kita wajib bersyukur ya mbak, semoga pandemi ini segera sirna dari dunia terutama di negara kita. Amin.
Iya, repotnya karena sulit fokus karena di rumah banyak distraksi.
Ditambah kehadiran tamu yang tiba-tiba nongol, bisa ambyar tuh pekerjaan, hahaha
Nah, masalah tamu ini emang mesti dibahas khusus.
Kendalanya ada aja ya mba kalau kerja di rumah. Tapi kalau kita tahu solusinya ya mudah untuk mengatasi. Makasih mb sjarungnya. Semngat ya WFH nya…
Yup, diidentifikasi dulu masalahnya baru dicari solusinya.
Yap, ketika kerja dari rumah ternyata tak seindah bunyi iklan MLM ya teh..
sebagai mantan MLM, saya tahu bahwa nggak ada namanya kerja di rumah bisa leyeh-leyeh. Semuanya sibuk, hehehe.
Bisa bayangin deh bagaimana repotnya yang kerja dari rumah sambil urus anak dan pekerjaan rumah tangga. Saya saja yang tidak bekerja, jadi tambah ekstra kegiatan, setelah anak-anak dirumahkan. Semoga sehat selalu Mbak Amel, terus semangat dan berdoa semoga wabah ini segera berakhir, aamiin.
Amin ya Allah, terima kasih doanya mbak.
Aku pun turut merasakan repotnya bekerja dari rumah. Bekerja dekat dengan tempat tidur sungguh bikin malas. Ditambah lagi, berada di rumah ya memang nggak bisa menghindar dari tugas sebagai orangtua. Sampai bingung jadinya mau mengerjakan yang mana duluan sedangkan pekerjaan kantor juga nggak bisa menunggu.
Aku betul-betul mengatur ulang jadwal nih agar tidak tertekan jadinya.
Semoga wabah ini segera berlalu. Kita terus dikuatkan dan InsyaAllah kerja keras ini berpahala ya, Mom. Ayooo … semangat!
Iya bekerja itu emang mesti ado setting kantor yang ga si sekat tempat tidur ya mbak.
Betuuul … Apalagi ada ibunya di rumah, bungsu tuh jadi cari perhatian banget. Makan maunya disuapin, sebentar-sebentar nempel ngajak main sambil pasang wajah memelas, wkwkwk …
Iya, nggak dilayanin dia nangis ya mbak.
Bersyukur emang heal banget ya mba ketika kita lagi di masa-masa lelah, apalagi jadi ibu pekerja yang anak juga di rumah sekolahnya, duh enggak mudah banget ini mah. tapi harus tetap bersyukur ya, karena ada yang lebih sulit daripada kita.
Kalau saya bersyukur karena keadaan saya sendiri, bukan karena lebih beruntung dari orang lain.
yap itu juga harus sih mba, setidaknya daaripada mengeluh ya lebih baik bersyukur kan. enggak ada salahnya juga sih kita membandingkan dengan orang lain supaya rasa syukurnya lebih dapat dan enggak mudah lelah karena keadaan.
Ya, itu juga sebagai penyemangat ya mbak.
Bersyukur jadi kuncinya ya Mbak Amel
Tetap semangat dan sehat, di luar sana banyak yang menjalankan hal yang sama. Kita lalui kesulitan dengan banyak berdoa dan bersyukur saja deh akhirnya…
Iya, memang kembali diserahkan sama Allah saja.
Awal-awal aku dengan sukacita menyediakan makanan buat kami berempat…karena suami WFH. Tapi makin ke sini..sesekali beli hihihi. Kalau ada tetangga di grup nawarin, cuss, beli aja. Juga bikin yang makin praktis diolahnya, biar bisa punya waktu buat me time..ngeblog atau Blog Walking seperti ini
Kalau saya yang menggantikan tugas istri bisa hancur dunia mbak, apa lagi kalau kerja di rumah tambah hancur tubuh ini.
Ikut bantu aja Pak, meringankan gitu loh, hehheh.
Saya juga lebih memilih untuk menjalani saja semua proses ini hingga wabah berlalu. Dan tentunya juga banyak bersyukur, karena bisa lebih lama waktunya bersama dengan anak-anak. Saya sadar mereka akan tumbuh dengan cepat dan kadang asyik dengan dunia mereka sendiri. Jadi, selagi bisa, saya manfaatkan waktu ini sebagai family time yang berkualitas.
Untuk urusan ngeblog, saya akui ritmenya berubah. Sekarang ada waktu yang tersita karena mendampingi mereka sekolah online
Harus seimbang kita ini ya mbak. Semangat semua mak blogger.
bersyukur dan kudu pinter pinter milah waktu ya mbak, ada capek dan senengnya juga kerja dari rumah, mungkin waktu sehari rasanya juga kurang
Target agak molor kalau kerja di rumah, soalnya sambilan.
Saya juga nih mba, bingung juga kadang bekerja di rumah banyak banget godaan yang sulit ditolak. Senang banget sih bisa full time sama anak-anak dan banyak banget perkembangan anak-anak yang makin baik, tapi tidak dengan pekerjaan kantor hahahahha. Pekerjaan kantor jadi numpuk meski via online tetap saja sulit.
Selama ini saya berusaha tak membawa pekerjaan kantor ke rumah, kalau di rumah ya waktunya untuk suami dan anak-anak. Makanya laptop juga saya tinggal di kantor. Dan sekarang, nggak boleh ngantor, harus kerja dari rumah.
Rasanya? Seminggu pertama malah uring-uringan. Nggak bisa pegang laptop, bahkan hp. Anak-anak selalu minta perhatian. Akhirnya bisa pegang laptop kalau pas si bungsu tidur saja.
Keponakan yang udah kerja juga diselang seling hari kerjanya mba, dan jam kerja juga dikurangi. Jadi saya kerja dirumahnya banyak teman sekarang.
curhat sehat dengan menulis. kuncinya selalu bersyukur
Selalu bersyukur tiap waktu, lengkapi bersabar.
Masalah sy wfh jadi harus sering masak karena orang rumah pada minta makan aja. Perasaan baru mkn eh minta bikinin mknann yg lain lagi. Jadi tambah bnyk deh kerjaan. Semoga badai Covid ini cepat berlalu dan situasi normal kembali ya kak
Dewi setuju banget, kerja di rumah tuh memang banyak tantangannya ya mbak:) namun alhamdulillah ada solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Dan me-time bagi Dewi sekarang berubah sejak dirumah saja, yakni menikmati kebersamaan dengan bercanda bersama anak-anak:) suami Dewi malah kerja keluar saat WFH begini karena harus ikut berpartisipasi dlm menangani pencegahan yg terjadi saat ini.
Wah, ternyata lebih repot di rumah dibandingkan di kantor. Tapi kalau bisa manage nya semua pasti akan terasa mudah saja ya.
Yup, semoga bisa me-manage waktu untuk semuanya.
Benar Mbak Amel, banyak kendala saat wfh dan sfh ini. kita semua musti beradaptasi dengan new normal ini, jadi sabr syukur dan hadapi jg berdamai yaaa mbak bismillah semangat ya mbak
bismillah, semangat terus semoga dikuatkan Allah
Iya mb, dijalani, dinikmati dan disyukuri saja. Yg penting keluarga sehat dan msh bs beraktifitas juga beramal, hehe.
Salam kenal Mb Amel, senang baca blog mbak.
Terima kasih mbak atas apresiasinya.
Sama2 Mb Amel, btw saya pun sering berdamai dg makanan Juga koq mbak. Biar bs tetap beraktifitas, yg pasti tempat makan yg kita tuju bersih dan sehat, benar kan Bu Dokter?
kemarin juga ketemu kaka iparku yg cerita dengan yang serupa, kerjaan menjadi tambah banyak dan boro-boro bisa me time, yg ada membagi waktu itu serasa kaki d kepala, kepala d kaki. Semoga pandemi covid ini segera usai ya mba, aku yg baru urus suami aja merasa energi lebih terkuras saat dia wfh gini
Hahaha, bener banget, aq malah bisa leyeh-leyeh kalau suami kerja, kalau suami di rumah ga berhenti di dapur.
Pilihan kita tidak banyak saat ini kak..selain mengikuti himbaun bagi yang bisa… yah… ada plus dan minusnya memang bekerja dari rumah… ketimbang beberapa teman dan saya yang harus tetap hadir dikantor memberikan pelayanan (ga punya pilihan dan was was ketika bekerja)
Semoga yang terpaksa ke luar rumah diberikan perlindungan dari penyakit.
Berat banget kerja Emak di hari-hari belakangan ini ya Mbak Amel, apalagi kalau emaknya pekerja kantoran juga. Meski #dirumahaja tetap ngabisin banyak tenaga, jadinya supply energi via makanan dan mungkin juga hiburan juga harus dipasok dengan baik.
Kemungkinan keluar dari rumah jadi gemuk semua ya.
Alhamdulillah dua minggu work from home saya dan tim (suami + anak2) sudah dapat ritmenya Mba Amel. Pagi sampai dengan siang saya ngasih kuliah daring, ishoma. Siang sampai sore giliran jadi guru bagi anak2. bikin video PRnya, bantu anak upload tgsnya dsb. Jadi agak tertolong jg dg manajemen waktu. Semangat Mba Amel
semangat juga untuk mbak mia ya, semoga kita tetap sabar.
Semenjak mewabahnya pandemi virus covid-19 sementara waktu ini aktifitas kita dalam bekerja dilakukan dirumah, memang suasana bekerja dikantor saat bekerja berbeda dengan dirumah.
Apalagi time management nya juga beda, ditambah lagi kerjaan sehari-hari juga sudah menunggu.
Nah, disini kita yang mesti pintar membagi waktu antara urusan berberas rumah dan kapan mengerjakan pekerjaan.
Bener mbak, harus lincah-lincah bagi waktunya.
Emang lebih ribet sih kerja dari rumah. Karena banyak hal tak terduga yang bakal terjadi sewaktu-waktu, apalagi sampai 3 anak. Aku yang baru punya dua anak aja udah ngerasa ribet banget. Kadang nggak fokus nulis juga jadinya…
iya, tapi tetap semangat ya mbak, laptop ga pernah dimatiin kalau saya, ada meleng dikit nulis.
Kalau teman-teman antara riweuh dan happy bisa kumpul ama anak-anak. Kami enggak. Jadi harus memendam rindu nih, karena anak-anak di rumahnya masing-masing. Sejak WFH yawdah, berdua suami ya ngajar depan laptop masing-masing. Semangat ya mb Amel…
wah, berarti cuma bisa video call ya. Semangat ya mbak mengisi waktu dengan ngerjain blog.
ahahahaha ku belum jadi ibu ruamah tangga tapi punya masalah yg sama saat harus kerja dirumah aja
yaitu, makanan
wkwkwk godaan terbesar mbak, timbangan badan ini makin ke kanan, huu
Iya, jadi lapar terus ya. Heran kok bisa gitu.
Bekerja di rumah apalagi anak-anak juga jadi belajar di rumah memang bikin jadi double ya bun kerjaannya, bisa jadi triple ya malahan. Manajemen waktu memang hal yang penting banget ini biar gak ada yang terbengkalai, semoga saja pandemi ini cepat berlalu dan semuanya bisa kembali seperti biasa
Amin. Semoga cepat berlalu
Ibu yang kerja di rumah ternyata nggak sesederhana bayangan sebelumnya…
Satu hal yang biasanya terlewat adalah ibu lupa kasih pengertian walau ibu di rumah tapi tetep kerja, jadinya kadang anak caper gitu…
Bener banget, makin caper anak-anak.
Nah yang paling harus kita ingat itu ya bersyukur ya kak. Karena apa pun yg terjadi saat ini, pasti ada hikmahnya, semoga kehidupan kembali berjalan sebagaimana biasanya ya
Aminn
Bagi ibu yang memang bekerja di tanah publik memang tidak mudah ketika harus mengerjakan pekerjaannya di rumah ya mba… Justru gak tenang kerjanya… Lebih konsen justru jika mengerjakannya di kantor… Tapi apapun itu ya tetap semangat ya mba
Iya, lebih tenang mengerjakannya di kantor