Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, bagi saya sumber kebahagiaan adalah keluarga. Kemanapun, bagaimanapun keadaannya, selama bersama keluarga, rasanya semua akan baik-baik saja. Tapi beberapa kebahagiaan menimbulkan percikan di hati hingga bisa sampai melelehkan air mata di pipi.
Kehadiran suami
Tidak bisa dipungkiri, hal yang membuat bahagia para pelaku LDM adalah saat pertemuan dengan pasangan. Tidak usah buat macam-macam kalau ketemu, tidak usah jalan-jalan, nonton, dan sebagainya. Cukup ada fisiknya saja yang lagi tertidur, hati sudah terasa bahagia. Seperti merasa aman, walaupun misua nggak lagi siskamling, hehehe.
Diberi hadiah
Suka banget kalau misua tiba-tiba kasih kejutan saat saya ulang tahun atau beliin sesuatu saat ada bonus. Sebenarnya bukan masalah harganya sih, misua pulang bawa oleh-oleh tumbler dari acara yang dia ikuti saja (yang artinya itu gratisan) tetap buat saya bahagia. Karena tetap statusnya hadiah, tidak peduli apapun barangnya dan berapapun harganya.
Memanjakan diri
Sebagai ibu, kadang tidak tega kalau minta pijitin sama suami yang pulang kecapekan dari kerja. Tapi kalau dipendam-pendam terus, sakit-sakit badan bisa bikin bad mood juga. Nah kalau ada kesempatan bisa pijit, apalagi kalau ada waktu lebih buat lulur, atau hair spa sekalian, wah bahagia banget jadi perempuan.
Menyusui anak
Menyusui itu nagih bagi saya. Saya merasa dibutuhkan, merasa jadi sumber makanan terbaik bagi bayi saya. Rasa dibutuhkan itu membuat saya menjadi perempuan yang paling bahagia sedunia. Menyusui langsung ya, bukan hanya memberi ASI yang menggunakan media lain untuk pemberian. Setiap hampir waktunya menyapih, saya selalu berdoa untuk bisa menyusui lagi, dan ternyata sudah dua kali terkabul. Setiap saya merasa stres, saya cari anak saya untuk menyusu, karena hormon oksitosin yang keluar saat menyusu membuat saya lebih tenang.
Dibantu anak
Kalau saya lagi butuh sesuatu dan anak-anak saya membantu mengambilkannya, luar biasa bikin saya terharu. Anak bayi yang awalnya cuma bisa nangis sekarang sudah pintar dan lincah. Saya langsung merasa, di masa saya tua nanti, mereka akan tetap peduli pada saya, meskipun saya tidak menggantungkan harap dengan mereka.
Bahagia tuh sederhana ternyata…
