Eye liner adalah komponen perlenongan yang paling horor bagi saya. Penyebabnya, posisi aplikasinya paling dekat dengan mata, bagian nomor dua tersensitif setelah bibir. Bila salah satu bahannya bikin saya alergi, merahlah mata saya. Penyebab ke-2, segala make up mata itu bikin kelopak mata saya berat, terberat ke-2 setelah maskara. Penyebab ke-3, salah pengaplikasian di mata saya yang agak sempit kelopaknya ini, bisa buat mata saya kelihatan lelah dan ‘berat’. Penyebab ke-4, kalau salah dalam mengaplikasikannya dan telat memperbaikinya, akan hitam sekitar mata saya.
ki-ka: kuas Maybelline gel, Cybercolor, Make Over, Maybelline hypersharp, LT Pro
Mata adalah jendela jiwa
Gel vs pensil
Macam-macam jenis eye liner di pasaran, ada gel, pensil, atau seperti spidol. Membeli jenis gel adalah sesuatu yang saya idamkan sejak lama. Imajinasi saya, mata saya bakal seperti smokey Avril Lavigne, kenyataannya malah kayak Suzana pas berperan jadi hantu hahahah. Nggak ngerti padahal sudah contoh para Vlogger dengan seksama, oh ternyata memang beda tipe matanya. Gel pertama saya adalah merek Maybelline. Akibat kering (auk ah cepet amat keringnya) dan keburu kedaluwarsa sebelum habis, maka pindahlah ia ke tempat sampah. Sedih. Saya masih punya kuasnya, saya pakai sebagai kuas pewarna bibir. Tapi nyatanya, cepat keras kuasnya. Jangan-jangan, yang bikin selama ini nggak smooth itu bukan eye liner-nya, tapi kuasnya? Soalnya kalau saya pakai kuas La Girl, ternyata nggak gumpal dan keras kuasnya. Tambah sedih. Oke lupakan.
Untuk pemula, paling gampang memang pakai bentuk pensil. Saya punya merek Make Over dan Wardah. Saya cinta produk Make Over dan saya pikir mungkin bisa coba dari merek ini. Saya pilih yang warna hitam. Untuk merek Wardah, sudah pernah saya ulas sebelumnya, saya punya yang warna putih. Saya rasa memang benar, pakai jenis pensil memang lebih gampang, dengan syarat pensil harus tajam. Nah masalah sering timbul waktu meruncing pensil. Untuk tipe pensil seperti Wardah gampang, tapi untuk Make Over ternyata saya kesulitan. Meskipun saya memakai peruncing asli dari merek yang sama, ternyata sulit sekali membuatnya cepat tajam karena pensilnya creamy. Tersenggol sedikit, bye. Sedih.

Move to spidol
Akhirnya, demi kenyamanan dunia persilatan saya pindah ke eye liner spidol (ada yang bilang pen). Cyber Color, adalah merek pertama saya untuk jenis spidol. Saya dapat rekomendasi dari mbak April. Bagus sih, pakainya gampang, cepat kering, tahan lama. Kena air kalau nggak digosok-gosok brutal dia masih tetap on. Tapi saya cuma bisa pakainya di ujung mata saja, karena kalau saya tarik ke atas/ pangkal mata, jadinya berlebihan. Seperti kelopak mata saya hitam semua saat mata saya terbuka lebar. Tidak seimbang. Sampai akhirnya saya bertemu Maybelline Hypersharp, baru merasa cocok. Ujungnya itu kecil banget, bisa dipakai mengisi kekosongan di celah-celah bulu mata untuk hasil natural. Kalau mau lebih tegas, bisa tambahkan lagi di atas bulu mata, tipis aja. Kalau mau buat wings bisa banget dan gampang dikontrol. Tahan lama, tapi tidak setahan Cyber Color. Ini adalah eye liner terfavorit saat ini.
Eye liner Matic?
Meskipun saya sudah cinta dengan spidol Maybelline, tapi saya masih merasa itu tidak bisa dipakai di garis mata bawah. Pengalaman memakai jenis pensil, bagusnya di waterline. Kalau di lash line malah berantakan. Saya butuh sesuatu yang kuat dan mudah di kontrol. Saya mendapat tawaran untuk membeli jenis matic LT Pro dari BA. Saya beli, dan bisa dipakailah ya. Menurut saya ini sebenarnya gel, dengan bentuk praktis tanpa diraut. Nah, ini penampakan hasil coret 2 eye liner yang saya pakai sekarang:

Kalau gel hasil akhirnya nggak mengilap, agak sulit dibuat tajam ujungnya. Tapi untuk di bawah mata cocok. Kalau kamu, pakai yang mana? Ceritain dong koleksi kamu!